Jumat, 27 Juni 2014

Kepemimpinan dimata “Hindu”


Ke-pemimpin-an, sepatah kata sederhana yang banyak ditemui pada berbagai lapisan masyarakat. Apa itu kepemimpian ? Kepemimpinan lebih menitkberatkan kepada kemampuan seseorang dalam mengkoordinir suatu kelompok orang untuk mencapai sutu tujuan tertentu. Arti kata yang sangat sederhana dan jika lebih menjelaskan mengenai subyek yang berperan untuk hal tersebut hanya dapat dilakukan dengan menghilangkan imbuhan ke-an pada kepemimpinan kemudian menambahkan awaln pe – dan terwujudlah kata “PEMIMPIN”. Semudah itukah ??
Kepemimpinan dalam Hindu juga juga bukan merupakan hal yang baru. Kunci pokok Kepemimpinan adalah mampu menjalankan swadharmanya sebagai sesorang yang di percayai menjadi pemimpin. Agama Hindu yang mengajarkan tuntunan hidup bagi umatnya memiliki banyak konsep tentang bagaima menjalankan hidup yang baik termasuk bagaimana cara seorang pemimpin menjalankan kewajiban dalam kepemimpinannya. Konsep kepemimpinan itu banyak tertulis di weda, lontar-lontar termasuk kekawin Ramayana.
Ajaran kepemimpinan dalam kekawin Ramayana secara sederhana dapat dilihat dari tokoh-tokoh yang melakoni kisah tersebut. Sebagai contoh adalah Prabu Dasaratha yang merupakan wujud dari ajaran pengendalian diri yaitu pemimpin harus dapat mengendalikan sepuluh indrianya. Dengan mengendalikan sepuluh indria itu maka baik pikiran, perkataan, maupun perkataan dapat terarah dan saling bersinergi. Sri Rama putra pertama dari prabu sang Dasaratha di wujudkan sebagai Dharma. Rama yang di gambarkan sebagai sosok cerdas, cekatan, dan penuh pengabdian merupakan sosok yang ideal dalam melaksanakan Dharma dengan segala kebjaksanaannya. kemudian Kama yang diwujudkan sebagai Laksmana yang menyatakan bahwa cerdas dan cekatan saja tidak cukup untuk mendukung Dharma, tetapi ada pula Bhakti, cinta kasih dan kesetiaan. Bhakti adalah artha yang paling mulia yang harus dimiliki oleh abdi Dharma dan diwujudkan sebagai Bharata. Hal lain yang tidak boleh dilupakan oleh pemimpin yang ideal adalah keperwiraan atau semangat juang yang tinggi. Tanpa keperwiraan pemimpin itu tidak akan berbagai bentuk tantangan. Karena, keberhasilan pemimpin semata-mata ditentukan oleh kemampuan menghadapi dan mengatasi masalah. Hal tersebut terwujud pada Satrughna. Orang yang mampu dan berhasil mengatasi tantangan, terutama sifat-sifat jahat dalam diinya adalah orang yang berhasil mencapai moksa atau kebahagiaan.
Hal yang tak kalah pentingnya adalah Dewi Sita yang merupakan putri Bhumi, lambang artha/materi, yaitu kemakmuran, keindahan dan gairah hidup. Sita dapat dipersunting hanya melalui perjuangan atas dasar Dharma dan untuk menegakkan dharma. Untuk itu perlu bantuan Hanoman : prana ‘nafas hidup yang suci’. Sugriwa : wiweka ‘kemampuan menimbang’ dan Wibisana ; niti ‘ kecerdasan’.
Selain itu, beberapa petikan sloka berikut dapat menjadi dasar sifat pemimpin yang diharapkan menurut Hindu :
Kadi megha manghudanaken,
padanira yar wehaken ikang dana
dinanda krepana ye wineh
nguni-nguni dang hyang dang acarya
(kekawin Ramayana I:5)
Artinya :
Bagaikan mendung menjatuhkan hujan, denikian persamaan sang pemimpin ketika melimpahkan anugerah dana kepada orang miskin, orang yang sakit, orang yang jompo, terlebih-lebih kepada orang suci, dan pada guru.

Mang satya ta sira ta sira mojar
ring anakibi towi tar mresawada
nguni-nguni yan ri prajana,
priyahita sojar niratisaya
(Kekawin Ramayana I:6)
Artinya :
Dan sang pemimpin ialah satya wacana, tidak berkata Bohong kepada perempuan, terlebih-lebih kepada rakyat, tutur kata beliau selalu menyejukkan hati masyarakat

Kepemimpinan dalam Hindu lebih mengideologikan Dharma. Dharma yang menjadi poros kepemimpinan Hindu dapat digambarkan ssebagai berikut : Kearifan dan keteguhan iman adalah hati seorang pemimpin, kecerdasan adalah otaknya, daya juang atau keperwiraan sebagai badannya, ketrampilan dan kesehatan adalah anggota badannya, kebajikan dan kelembutan adalah wajahnya, kemakmuran dan keindahan adalah sebagai hartanya. Dengan memiliki karakter mulia yang didasarkan atas Dharma serta menjunjung tinggi rakyatnya maka niscaya asetiap pemimpin akan dapat menjalankan swadharmanya untuk mencapai kebahagiaan baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain.


*) diolah dari berbagai sumber

Senin, 23 Juni 2014

Baksos FPMHD-Unud

Dalam menyambut ulang tahun FPMHD-Unud yang ke XXII, FPMHD-Unud menggelar bakti sosial yang dilaksanakan di Desa Serangan, Denpasar Selatan. Bakti Sosial ini merupakan acara kedua dari rentetan acara untuk menyambut ulang tahun FPMHD-Unud. Acara pertama adalah Tirta Yatra ke Nusa Penida. Bakti sosial yang diadakan pada Hari Sabtu, 21 Juni 2014 terdapat 2 kegiatan yaitu Pengobatan Gratis dan Penanaman Pohon. Kegiatan Penanaman Pohon dilaksanakan di lapangan di desa tersebut. Sementara untuk pengobatan gratis dilaksanakan di Kantor Desa Serangan.
Kedua kegiatan ini dilakukan secara bersamaan, untuk penanaman pohon dibantu oleh rekan-rekan dari Grafatar (Gerakan Fajar Nusantara) selain penanaman pohon juga dilakukan mereresik di areal Pura Sakenan yang didahului dengan kegiatan persembahyangan tentunya. Untuk kegiatan pengobatan gratis dibantu oleh rekan-rekan dari Tim Bantuan Medis Universitas Udayana, Dinas Kesehatan, Rumah Sakit Sanglah, Tim dokter, Puskesmas, dan sponsor.
Menurut Manis selaku Ketua Panitia HUT FPMHD-Unud, masyarakat yang hadir saat pengobatan gratis ada 60 orang. Selain itu, acara baksos kali ini berjalan lancar walau ada sedikit masalah sebelum pelaksanaan pengobatan gratis.

Siapa manis ??? tunggu artikel berikutnya tentang Ketua Panitia HUT FPMHD-Unud XXII.