Sabtu, 08 Desember 2018

DPA XXV


DPA XXV


DPA XXV ( Dharma Pagasraman Anggota) ke – 25 adalah kegiatan kaderisasi tingkat lanjut dan merupakan program kerja dari  Bidang Bina Warga, dimana kegiatan ini telah dilaksakan selama tiga hari dua malam yaitu pada hari Jumat sampai sabtu pada tanggal 23 – 25 Nopember 2018  bertempat di pura Taman Pule, Desa Mas, Ubud Gianyar .

 DPA ke- 25  kali ini bertema “ Yowana Winangun Sraddha Bakti “ yang memiliki arti ( pemuda & Pemudi Hendaknya membangun keyakinan melalui pengabdian tulus ikhlas) peserta yang berpartisipasi dalam kegiatan ini berjumlah  48 peserta yang diperoleh dari beberapa fakultas di Universitas Udayana, Kegiatan ini memiliki tujuan  :
1.      Menciptakan kepekaan peserta sebagai mahasiswa Hindu dharma terhadap masalah ( khususnya yang menyangkut mengenai keumatan )
2.      Meningkatkan jiwa militant pada Peserta
3.      Merekrut Anggota Aktif FPMHD-UNUD
4.      Membentuk Kader muda Hindu yang berkualitas

Kegiatan pertama ini diawali  pada Hari Jumat 23 Nopember 2018 dimulai dengan acara pembukaan : yang dihadiri oleh beberapa tamu undangan dari beberapa  Organisasi pemuda ,  Wakil kelian Pemaksan Pura taman Pule, Penasehat FPMHD UNUD, dan Koordinator FPMHD-UNUD Periode 2018-2019 di dampingi ketua Panitia beserta seluruh peserta DPA XXV, kemudian dilanjutkan dengan pemukulan Gong oleh Penasehat FPMHD-UNUD sebagai acara Pembuka , kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pemaparan materi sejarah pura yang di bawakan oleh wakil kelian Pemaksan ,kemudian dilanjutkan dengan makan malam lalu lanjut dengan materi Proud To Be Hindu, setelah itu lanjut dengan Dinamikan kelompok dan istirahat malam .

Kegiatan kedua dilanjutkan dengan semua peserta melaksanakan yoga pagi yang dibawakan oleh Bapak Karda kemudian peserta melanjutkan  MCK dan sembahayang, kemudian lanjut dengan materi IV : upakara dan kelengkapan upakara,mahasiswa baru angkatan 2018, peserta sangat antusias dalam mengikuti kegiatan . Kemudian lanjut dengan Materi V; advokasi dimateri ini peserta dituntut aktif baik bertanya maupun menjawab, dan benar saja mereka sangatlah aktif mengikuti materi tersebut . dan lanjut materi ke VI; pergerakan, materi ini membahas tentang kegiatan atau pergerakan dari mahasiswa Hindu maupun masyarakat Hindu dari dulu sampai sekarang . Setelah itu dilanjutkan dengan pembekalan materi ke VII yaitu : Budaya, dalam kegiatan ini peserta dibekali materi seperti Dharma Gita,Tari dan Megambel, setelah selesai materi VII dilanjutkan dengan permainan, dimana permainan ini dibuat untuk menghilangkan rasa jenuh baik peserta maupun panitia akan padatnya materi yang diberi, kemudian dilanjutkan istirahat dengan melaksanakan MCK, sembahyang dan makan malam, setelah itu dilanjutkan dengan materi yang terakhir, yaitu Materi VII: Selayang Pandang FPMHD, dimateri ini peserta dibekeli dengan asal mula dari FPMHD sampai sekarang, kemudian dilanjutkan dengan testimoni alumni yang bertujuan untuk menambah wawasan peserta terhadap FPMHD secara mendalam, nah setelah ini dilanjutkan dengan malam inagurasi atau bisa dikatakan malam kreatifitas mahasiswa karena dalam kagiatan ini mereka dituntut untuk menampilkan kreatifitas mereka masing-masing, yang mana dalam hal ini panitia meminta peserta untuk menampilkan sebuah penampilan drama, setelah malam inagurasi yang begitu spektakuler atau luar biasa dilanjutkan dengan acara Renungan Suci dimana renungan ini dilaksanakan di Pura Beji yang mana kegiatan ini bertujuan untuk merenungkan apa yang telah kita lakukan selama ini, setelah renungan dilaksanakan dilanjutkan dengan istirahat, nah itulah kegiatan di hari kedua yang sangat padat namun sangat mengesankan.

Tidak terasa sudah tiga hari berlalu, dihari ketiga atau hari terakhir tepatnya tanggal 25 November 2018 seperti biasa diawali dengan persiapan panitia dan peserta baik melaksanakan MCK, Sembahyang dan Sarapan . Setelah itu dilanjutkan dengan pengabdian masyarakat dimana berisi kegiatan penanaman pohon dan bersih-bersih di lokasi kegiatan yaitu Pura Taman Pule, kemudian dilanjutkan dengan pengenalan Fungsionaris FPMHD periode 2018-2019, kemudian dilanjutkan dengan sembahyang berasama, dan setelah ini dilanjutkan dengan acara megibung yang mana kegiatan ini dilaksakan untuk menambah hubungan yang harmonis baik antar peserta dengan peserta maupun peserta dengan panitia . Setelah dilaksanankan megibung atau makan bersama, acara dilanjutkan dengan acara penutupan kegiatan yang laksanakan oleh Koordinator FPMHD-Unud dan Pengempon Pura Taman Pule dan pemberian kenang-kenangan kepada pengempon pura berupa plakat, selanjutnya acara bebas peserta dipersilahkan untuk pulang, untuk peserta yang membawa kendaraan sendiri dipersilahkan pulang terlebih dahulu, dan yang berangkat dengan panitia dikumpulkan dan langsung berangkat menuju denpasar.

Demikian review dari kegiatan DPA yang ke-25 yang dilaksanakan dari tanggal 23 November 2018 sampai dengan 25 November 2018 atau tiga hari dua malam yang dilaksanakan di Pura Taman Pule Mas Ubud Gianyar. Jika ada salah kata dalam penulisan ini kami mohon maaf, review ini kami tulis untuk mengenalkan acara yang telah kami buat, dan kami sangat mengaharapkan untuk pembaca jika ingin mengkritik dan memberi saran yang membangun untuk kesempurnaan kegiatan kami, akhir kata kami ucapakan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah menyukseskan acara ini.

Om Santih, Santih, Santih Om

Rabu, 17 Oktober 2018

Ida Pandita Mpu Jaya Acharya Nanda

             
Ida Pandita Mpu Jaya Acharya Nanda : “Be yourself, don’t be other”

            Siapa yang tidak mengenal sosok dari Ida Pandita Mpu Jaya Acharya Nanda? Beliau merupakan sosok yang sering muncul di televisi mengisi acara di pagi hari setelah Tri Sandhya memberikan Dharma Wacana. Beliau lahir di Denpasar, 5 Mei 1966 dan saat ini tinggal di Griya Mumbul Sari, Perumahan Serongga Permai Blok B 33/34 Gianyar. Tidak hanya di televisi, sosok beliau juga ada di media sosial dan bahkan dharma wacana beliau juga dipublikasikan di Tribun Bali News. Beliau menginspirasi banyak orang melalui dharma wacananya, tetapi siapa sangka bahwa beliau memiliki masa-masa kecil yang sedikit berbeda dari kebanyakan anak pada umumnya. Beliau dapat menjadi seperti saat ini karena apa yang telah beliau lalui. Mungkin kutipan yang paling pantas untuk mendefinisikan hal tersebut adalah “Pengalaman adalah guru terbaik”.
            Ida Pandita Mpu Jaya Acharya Nanda memiliki masa kecil yang sedikit berbeda dari anak yang lainnya, mungkin bisa dikatakan bukan masa kecil yang bahagia. Ini dikarenakan masa kecil beliau berada pada akhir tahun 1960-an dimana pada tahun tersebut yakni pada tahun 1965 adalah peristiwa G30S/PKI berlangsung. Pada saat masa-masa tersebut baik terlibat maupun tidak terlibat, ayah dari Ida Pandita dibunuh dalam peristiwa G30S/PKI tanpa adanya proses pengadilan. Karena kejadian tersebut beliau menjadi anak yatim dan harus terus berusaha dalam menjalani hari. Untuk berkeluh kesah pun beliau merasa tidak memiliki tempat dan terus harus berjuang dalam hidup daripada mengeluh dan berputus asa. Beliau mengatakan bahwa, “Kesulitan merangsang adrenalin”. Hal inilah yang membuat beliau tidak merasa berputus asa dengan apa yang telah beliau lalui.
            Ida Pandita Mpu Jaya Acharya Nanda, bahkan sudah bekerja sebelum masuk sekolah dasar. Beliau bekerja demi meringankan kondisi ekonomi keluarga. Kemudian saat beliau berusia sekitar 8 tahun, beliau baru memasuki sekolah dasar yang dimana seharusnya beliau sudah kelas 4 SD. Tidak berhenti sampai disini, bahkan saat sekolah pun beliau tetap bekerja. Beliau tetap bekerja sambil bersekolah yang tidak lain dan tidak bukan untuk meringankan kondisi ekonomi keluarga. Beliau juga mengatakan, “Kadang ada rasa ingin mengubah diri, tetapi tidak merasa menyesal dengan keadaan yang ada. Keinginan dan cita-cita jadi selalu terbatas karena masalah keuangan”. Tetapi meski begitu, sejak SD sampai SMA beliau tetap mendapat predikat sebagai siswa teladan dengan nilai terbaik. Beliau juga mendapat beasiswa supersemar saat kuliah dan berkerja mengajar di SMA Swasta saat berada di semester 6.
            Dibalik kesibukan beliau bekerja sambil mengenyam pendidikan, beliau juga mengikuti kegiatan-kegiatan organisasi sejak SMP hingga kuliah. Adapun organisasi yang pernah beliau ikuti diantaranya adalah sebagai pengurus Osis dari sekolah menengah pertama hingga menengah atas, Ketua STT Sesetan, Ketua Pemuda Pancasila Denpasar Selatan, beliau juga mengikuti Parisadha, Wakil Ketua Prajaniti di Sulawesi, Sabha Walaka dan beliau juga menjadi Wakil Ketua Dharma Adyaksa dan organisasi lainnya. Riwayat pendidikan beliau yakni, SDN 12 Denpasar, SMP 5 Denpasar, SMA 2 Denpasar, dan pendidikan S1, S2, S3 di IHDN.
            Walaupun memiliki keterbatasan dalam segi materi dulunya, beliau tetap berusaha menjalani kehidupan. Hidup dalam keterbatasan membuat beliau bisa lebih kuat dan bertahan dalam menggapai cita-cita. Semua hal yang beliau dapatkan sekarang tak lepas dari segala usaha yang ia lakukan semasa muda, mengikuti banyak organisasi dan melakukan pelayanan umat bahkan hingga mengesampingkan kehidupan pribadinya. Kita sebagai mahasiswa haruslah bisa mengambil hal penting dari beliau, jangan masalah membuat kita menyerah dan putus asa sebaliknya buatlah masalah tersebut menjadi pemacu kita untuk bangkit dan bertahan dalam mengarungi kerasnya kehidupan. Adapun pesan dari beliau untuk kita sebagai mahasiswa yakni sebagai mahasiswa kita seharusnya mampu mengeksplor diri dan mengembangkan diri meskipun berada di zaman millenial yang serba instan. Jadilah Agent of Change bagi diri sendiri karena tidak mungkin orang lain yang mengubah diri sendiri terkecuali dibangun dari kesadaran sendiri karena sebenarnya setiap orang memiliki potensi yang sama tetapi bagaimana kita mampu mengembangkan potensi tersebut. Be yourself, don’t be other. Dimanapun emas diletakan, jika memang emas tetaplah emas. Semua kembali lagi pada diri kita sendiri.


Sumber: Ida Pandita Mpu Jaya Acharya Nanda
(red: Advokasi FPMHD-Unud 2018)