Rabu, 25 Desember 2013

“Puja Mandala” – Keharmonisan dalam Perbedaan


Bhineka Tunggal Ika, Beragam perbedaan namun tetap satu tujuan. Semboyan sederhana yang mempunyai arti yang sangat mendalam untuk kehidupan manusia. Mungkin arti tersebut dapat menggambarkan makna “Puja Mandala” sebuah tempat beribadah yang bertempat di kawasan Nusa Dua, Bali.
Sesuai dengan namanya “Puja Mandala”, berasal dari bahasa sansekerta dengan petikan kata Puja yang berarti persembahan/ibadah dan kata Mandala yang berarti lingkaran. Tempat ibadah yang berlokasi di Jalan Kurusetra Desa Kampial Kelurahan Benoa Kecamatan Kuta Selatan ini merupakan pusat kawasan 5 tempat suci berbeda yang berjajar dalam satu barisan yang memanjang mulai dari Masjid, Gereja Katolik, Vihara, Gereja Protestan dan Pura.
Puja Mandala ini dibangun mulai tahun 1994 atas prakarsa Joop Ave selaku Menteri Kebudayaan dan Pariwisata yang menjabat pada masa era Orde Baru dibawah kekuasaan Presiden Soeharto. Landasan didirikannya tempat peribadatan 5 agama ini adalah untuk mempermudah masyarakat daerah sekitar Nusa Dua khususnya non Hindu yang sulit menemukan tempat beribadat saat itu. Namun hingga saat ini, tempat beribadat tersebut tidak hanya berfungsi sebagai tempat suci semata namun dapat memberikan daya tarik pariwisata tersendiri bagi wisatawan lokal maupun mancanegara terkait keunikan tempat ibadah ini.
Berdiri diatas lahan seluas 2,5 hektar, pusat beribadatan ini terbagi atas 5 tempat suci yang masing-masing berdiri diatas lahan seluas 0,5 hektar. Dari ujung kiri terdapat Masjid Ibnu Batutah, Gereja Katolik Bunda Maria Segala Bangsa, Vihara Budhina Guna, Gereja Kristen Protestan Bukit Doa, dan diakhiri oleh Pura Jagat Natha sebagai kawasan tempat suci untuk umat Hindu. Seluruh tempat suci ini dibangun dengan megahnya sehingga mampu membuat kagum wisatawan yang berkunjung ke Puja Mandala untuk beribadat.
Peresmian tempat peribadatan ini dilakukan secara bertahap dimulai dari tahun 1997 untuk bangunan Masjid Ibnu Batutah, Gereja Katolik Bunda Maria Segala Bangsa dan Gereja Kristen Protestan Bukit Doa oleh Tarmidzi Taher- Menteri Agama yang menjabat saat itu. Kemudian selang enam tahun kemudian, diresmikan Bangunan Vihara Budhina Guna dan pada tahun 2005 diresmikan Bangunan Pura Jagat Natha oleh Gubernur Bali saat itu, Dewa Beratha.

Puja Mandala juga sering disebut sebagai miniatur kerukunan umat beragama di Indonesia. Dengan relasi harmonis dan dinamis, semangat kebersamaan dalam Puja Mandala lahir dari relung jati diri masyarakat pendukung nya. Keberadaan tempat-tempat beribadah di Puja Mandala bukan hanya sebatas simbol saja, namun merupakan bentuk nyata dari toleransi hakiki dalam suasana informal, akrab dan terinternalisasi dalam keseharian hidup. 


 Masjid Ibnu Batutah


Gereja Katolik Bunda Maria Segala Bangsa


Vihara Budhina Guna




Gereja Kristen Protestan Bukit Doa

Pura Jagat Natha

Selasa, 29 Oktober 2013

“Mahasisya Upanayana XI”


        Universitas Udayana pada Sabtu, 26 Oktober 2013 mengadakan sebuah kegiatan pawintenan untuk mahasiswa baru yang beragama Hindu di lingkungan Universitas Udayana. Acara pewintenan ini dikenal dengan nama Mahasisya Upanayana (MU). Kegiatan tersebut merupakan kegiatan tahunan dan sudah diselenggarakan sebanyak 11 kali sampai sekarang. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Forum Persaudaraan Mahasiswa Hindu Dharma Universitas Udayana (FPMHD-Unud) sebagai satu-satunya wadah perkumpulan mahasiswa Hindu di lingkungan Universitas Udayana.

Kegiatan Mahasisya Upanayana XI mengambil tema “Upanayana sebagai identitas awal mahasiswa Hindu dalam mempererat tali persaudaraan”. Kegiatan ini melibatkan 2920 orang mahasiswa beragama Hindu Universitas Udayana yang bertempat di Padmasana Widya Maha Saraswati Kampus Bukit Jimbaran yang dimulai pukul 8 pagi dan dipuput oleh Ida Pandita dari Griya Telabah Kerobokan. Kegiatan Mahasisya Upanayana sendiri tidak hanya pewintenan saja, tapi ada banyak acara hiburan yang berlangsung di Auditorium Widya Sabha Universitas Udayana.

Acara pertama diawali dengan laporan Ketua Panitia MU XI, kemudian sambutan dari I Kadek Maryana selaku Koordinator Umum FPMHD-Unud, sambutan dari Penasehat FPMHD-Unud dan sambutan Rektor Universitas Udayana yang saat itu diwakili oleh Pembantu Rektor III Universitas Udayana yaitu Dr. I Nyoman Suyatna, S.H., M.H. dan sekaligus membuka acara secara resmi dengan  ditandai dengan pemukuluan gong bersama penasehat FPMHD-Unud yaitu Prof. Dr. Ir. I Nyoman Sucipta,MP, Koordinator Umum FPMHD-Unud serta Ketua Panitia MU.

Prof. Sucipta selaku penasehat FPMHD-Unud dalam sambutannya lebih menekankan Tri Dharma Perguruan Tinggi pada mahasiswa Universitas Udayana. Selain itu, Pembantu Rektor III Universitas Udayana mengatakan bahwa acara Mahasisya Upanayana merupakan salah satu kegiatan Hindu yang tidak dapat ditemukan dalam Universitas lainnya. Selain itu, kegitan mahasisya Upanayana bertujuan untuk memupuk moral, mental, dan iman untuk membentuk mahasiswa yang berintelektual.



Setelah acara sambutan, dilanjutkan dengan persembahan tari Saktining Tri Datu yang dibawakan oleh mahasiswa-mahasiswa Hindu di lingkungan Universitas Udayana dan acara dilanjutkan dengan acara Demisioner pengurus FPMHD-Unud periode 2012/2013 dan pelantikan pengurus baru FPMHD-Unud periode 2013/2014.
Kegiatan MU XI ini juga diisi dengan acara Dharma Wacana yang dibawakan langung oleh Ida Pandita Mpu Jaya Acharya Nanda dengan diskusi mengenai tema MU tahun ini. Acara ini dimeriahkan oleh bintang tamu Nyanyian Dharma dengan personelnya Gus Wicak, Anggi, Ocha dan Agung Wirasutha yang membawakan 6 buah lagu. Kegiatan MU XI ini ditutup dengan acara Lawak yang dibawakan oleh Men Mersi Grup dengan lawakannya yang mampu memancing gelak tawa seluruh peserta dan panitia MU XI.
Dengan berakhirnya seluruh kegitan MU XI ini, diharapkan nantinya mahasiswa baru Universitas Udayana yang telah secara sekala dan niskala telah resmi menjadi bagian dari mahasiswa Hindu Universitas Udayana dan diharapakan dapat menjalankan swadharmanya sebagai mahasiswa yang berlandaskan akan etika dan dharma.   

Editor Anonjmous