Ada pertanyaan menggelitik yang menarik diajukan kepada
seorang I Gusti Putu Artha. Bagaimana rahasia ia yang awalnya seorang mahasiswa
miskin lalu bisa melesat menjadi tokoh nasional dan kini hidup relatif mapan?
Kiat-kiat apa yang dikembangkannya ketika mahasiswa sehingga memampukannya
seperti sekarang? Berikut resepnya yang disajikan dengan gaya saya.
Saat
ini saya percaya bahwa kampus sejati itu adanya di masyarakat. Jika mahasiswa
menimba ilmu di kampus hari ini, semata-mata agar bisa membuat pancing. Namun
pancing itu harus diolah, dikreasi dan dicarikan danau yang penuh ikannya,
serta cukup konsentrasi memancing. Itu ada di masyarakat. Maka, saya juga
percaya bahwa benar kata sebuah kata bijak, sukses seseorang ditentukan 10
persen kecerdasan, selebihnya (90 persen) adalah kerja keras!
Karena
itu, selagi mahasiswa, hemat saya mesti menyiapkan diri untuk bisa membuat
pancing memiliki kemampuan untuk memancing. Seluruh kapasitas kecerdasan di-kembangkan,
baik kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan sosial dan
kecerdasan spiritual. Seluruh dimensi kecerdasan itu memegang peran penting
sama besarnya.
Kecerdasan
intelektual di-kembangkan dengan serius belajar. Boleh bolos kuliah tapi tak boleh tak
serius belajar. Malah, jangan hanya puas ceramah dosen namun terus mengasah
diri dengan melahap sumber-sumber bacaan lain. Ke-cerdasan intelektual dikembangkan dengan
rajin berdiskusi dan menulis. Ya menulis di Koran, di blog, di facebook dan
menulis makalah. Semua ini merangsang kecerdasan intelektual.
Kecerdasan
emosional dan sosial dikembangkan dengan ikut berorganisasi. Pilihlah
organisasi yang mampu mengasah kualitas kepemimpinan, komunikasi, keterampilan
sesuai dengan bidang yang ditekuni dan mengenalkan dengan jaringan baru.
Melalui keseriusan berorganisasi, tak hanya keterampilan teknis yang dilatih
(bisa membuat surat, melobi orang, bernegosiasi, dan lain-lain) namun kepekaan
batin, rasa peduli dan kesetiakawananan dikembangkan. Mahasiswa akan dilatih
menjadi mahasiswa yang bisa menghargai sesama, peka terhadap masalah orang
lain, memiliki etos kerja yang tinggi, dan optimis yang kuat.
Kecerdasan
spiritual dilatih dengan ikut bergabung ke FPMHD bagi yang beragama Hindu.
Kualitas spiritual akan diasah terus dan komitmen moralitas kita soal
kejujuran, kebenaran dan cinta kasih kepada sesama akan dikembangkan. Kelak kualitas
spiritual yang tangguh ini akan menjadi benteng terakhir betapapun rapuhnya
kecerdasan sosial dan intelektual kita. Mereka yang memiliki kecerdasan
spiritual yang baik akan mampu bertahan dalam performa integritas yang diakui
publik.
Tatkala
mengembangkan diri di organisasi mahasiswa itulah, saya menyarankan agar
perkawanan dan jaringan terus dilatih dan di-kembangkan. Ketika menjadi panitia
kegiatan, maka bersahabatlah dengan hangat dengan para donator berbagai
instansi dan swasta yang biasa membiayai kegiatan kita. Kelak merekalah modal
kawan kita untuk berbisnis saat tamat nanti. Jangan Cuma puas berteman dengan
kawan-kawan satu agam. Bertemanlah lintas agama, lintas etnis dan berskala nasional
bahkan internasional. Rawat betul jaringan perkawanan itu. Pada saatnya nanti
jaringan perkawanan itulah yang akan membantu kita melesat bersama-sama di
pentas nasional.
Pengalaman
saya masuk KPU Pusat tak lepas dari jaringan perkawanan yang saya bangun zaman
mahasiswa dengan kawan-kawan di UI, UGM, ITB dan kampus lainnya. Begitu peluang
terbuka, jaringan perkawanan yang lebih dulu masuk Jakarta inilah yang ikut
membantu secara total dalam hal akses politik. Begitu pula dalam konteks bisnis,
jaringan inilah yang akan me-ngembangkan bisnis kita. Karena itu kata
kucinya, rawatlah jaringan selagi muda dan perbesar terus!
0 komentar:
Posting Komentar