Di sebelah timur
Pasar Ubud terdapat jalan kecil keutara yang bernama jalan Sriwedari. Bila kita
menyusuri jalan tersebut sepanjang kurang lebih 3,5 km maka kita akan menjumpai
hamparan sawah yang cukup luas yang bernama Sawah Uma Pacung. Lebih tepatnya
sawah tersebut berada di Br. Junjungan, Ubud. Di tengah-tengah hamparan sawah
hijau itu akan terpampang jelas patung-patung huruf yang membentuk tulisan “NOT
FOR SALE”.
Instalasi tulisan
ini merupakan karya seniman asal Junjungan I Gede Suanda. Seniman yang akrab
dipanggil “Sayur” ini mengaku merasa prihatin melihat banyaknya alih fungsi
lahan sawah menjadi villa atau semacamnya yang terjadi di Bali khusunya di Uma
Pacung tersebut. Kegelisahan hati yang dirasakan alumni ISI Yogyakarta ini
terhadap keberadaan Bali kedepannya yang membuat dirinya ingin membuat
instalasi ini di lahan sawah miliknya sendiri yang memang jika dilihat dari kacamata bisnis sangat strategis untuk lokasi akomodasi wisata seperti villa atau hotel. “Kapan lagi kita bisa mendengar suara kodok, melihat capung
beterbangan, ada orang membajak, serta merasakan sejuknya embun pagi persawahan
bila semua sawah disini habis dimakan investor” tutur pria berambut mohak
tersebut.
Terciptannya
instalasi ini sempat menimbulkan kontroversi diantara kalangan masyarakat lokal
karena dianggap terlalu keras mengkritik keberadaan villa-villa yang ada di
sekitarnya. Tetapi sebenarnya tujuan yang ingin dicapai oleh laki-laki yang berpenampilan
sederhana ini adalah untuk mengingatkan masyarakat supaya tidak menjual
sawahnya untuk kepentingan sesaat.
Dari pertama
terbentuk hingga sekarang, instalasi raksasa ini sudah pernah mengalami 2 kali perubahan. Pertama tulisannya dibuat
dari bambu yang dirakit sedemikian rupa sehingga menghasilkan tulisan raksasa.
Karena bahannya sudah rapuh maka duganti lagi dengan menggunakan triplek yang
cukup lebar. Dan terakhir dibuat dengan triplek pula hanya saja bentuk tulisannya
yang berbeda yaitu menggunakan format huruf-huruf digital pada kalkulator.
Berbagai event
positif telah dilakukan di Luden House (Not for Sale) ini. Seperti funbike yang
akrab dikenal dengan sebutan “mutumanikam” oleh anak-anak Desa Junjungan yang
ikut menyelenggarakannya. Ngerujak bersama, belajar screen printing, dan
berbagai kegiatan lainnya. Salah satu kegiatan terdekat yang bakal
diselenggarakan bulan ini adalah konser Bali Not For Sale. Kegiatan ini melibatkan
berbagai kalangan seperti pencinta lingkungan, artis, aktivis, masyarakat,
dan anak-anak. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kepedulian orang
Bali terhadap alam Bali itu sendiri. “Kita tidak bisa makan aspal” imbuhnya.
Penulis: I Kadek Maryana (mahasiswa Fak.Pertanian Unud angkatan 2011)
Saat ini menjabat sebagai KaBid Bina Warga FPMHD Unud
0 komentar:
Posting Komentar