Merefleksikan Semangat Vivekananda untuk Membangun
Generasi Muda Hindu yang Cemerlang Secara
Intelektual dan Spiritual
Oleh : Ni Ketut Ayu
Suksmawati*
”Swami
Vivekananda! Nama yang hebat! Beliau adalah salah seorang yang memberikan
demikian banyak inspirasi kepadaku, inspirasi untuk menjadi kuat, inspirasi
untuk menjadi hamba Tuhan, inspirasi untuk menjadi pengabdi tanah airku,
inspirasi untuk menjadi pengabdi umat manusia,” itulah pendapat Presiden
Proklamator RI Dr.Ir Soekarno. Siapapun yang pernah membaca
tulisan-tulisan Vivekananda pastilah sependapat dengan Soekarno. Vivekananda adalah Sang Pelopor yang
telah menyalakan api keberanian dalam diri banyak orang. Kalimat-kalimatnya
begitu bertenaga, seseorang yang sepanjang hidupnya selalu merasa rendah diri
pun niscaya akan tersentak mendengarkan seruan-seruannya.
Rahasia dari pemikiran dan retorika
Soekarno, salah satunya adalah terinspirasi dari tulisan Swami Vivekananda, seorang Cendekiawan Muda
yang berasal dari India yang memiliki pengaruh besar terhadap dunia. Tugas generasi muda sekarang adalah
mengikuti jejak tokoh pendiri bangsa Indonesia itu. Pada zaman sekarang ini,
tak bisa dipungkiri bahwa Indonesia sedang dihadapkan dengan berbagai
problematika di berbagai bidang
kehidupan. Para pemimpin bangsa yang benar-benar peduli dengan nasib
bangsanya saat ini sedang mencari solusi guna memecahkan masalah-masalah yang ada. Kemudian bagaimana dengan generasi
muda? Apa yang mereka lakukan untuk bangsanya? Ironisnya, sebagian besar generasi muda Indonesia saat ini sedang
terjebak dalam pengaruh modernisasi dan kemewahan. Tidak sedikit generasi muda yang tidak bersemangat, tak peduli
akan masa depannya. Jika terhadap
masa depan sendiri tidak peduli, bagaimana memberikan kontribusi pemecahan
masalah yang dihadapi bangsa ? Saat ini Indonesia memerlukan generasi muda yang
memiliki semangat untuk mengantarkan Indonesia ke arah kemajuan di masa depan. Terhadap hal ini, Swami
Vivekananda berseru: “Bangunlah. Bangunlah wahai generasi muda! Dunia sedang
terbakar oleh api kesengsaraan. Bagaimana bisa kau tidur dengan nyenyak?”
Generasi
muda memang harus bangun dari tidur panjangnya. Generasi muda harus menjalani
hidup dengan berbagai kegiatan positif yang sarat makna. Sejalan dengan hal
ini, generasi muda harus mencamkan pesan dari Swami Vivekananda berikut.”Kami
wariskan kepada kalian, hai anak-anak muda, rasa simpati dan daya upaya kemauan
baik untuk menolong orang-orang miskin, kaum bodoh, golongan-golongan yang
tertekan. Pergilah sekarang juga ke Parasarathi, sebagai simbol permohonan
kepada Sri Krishna untuk menjadi sais bagi “para Arjuna” yang sempat ragu untuk
menegakkan kebenaran. Ya, kepada Beliau
tundukkanlah kepalamu berlutut dan persembahkan hormatmu.”
Berulangkali
Vivekananda memperingatkan kepada generasi muda bahwa kekuatan sejati sesungguhnya berada dalam diri sendiri.
“Apa yang menyebabkanmu menangis, sahabatku? Di dalam dirimu semuanya terdapat
semua kekuatan. Kumpulkanlah seluruh daya kekuatanmu, oh makhluk yang berkuasa.
Dan seluruh alam ini akan rebah di bawah telapak kakimu. Hanya batin ini yang
berkuasa di atas dunia, dan bukanlah benda-benda mati. Hanya orang-orang bodoh
lah yang suka mempersamakan dirinya dengan badan mereka yang gemar menangis dan
berkeluh kesah meratap : lemah, lemah, kita adalah lemah. Bangunlah, beranilah
dan kuatlah! Pikul semua tanggung jawab di atas pundakmu sendiri, dan
ketahuilah bahwa kau adalah pencipta nasibmu sendiri. Segala kekuatan dan
bantuan ada di dalam dirimu. Maka itu ciptakan hari depanmu!”
Siapa
yang tak tersentak mendengarkan seruan-seruan Vivekananda? Jika Soekarno saja
bisa menjadi sehebat itu karena terinspirasi oleh tulisan Vivekananda, mengapa generasi muda sekarang tidak bisa?
Volume otak kita dengan volume otak Soekarno dan semua manusia sama. Namun bedanya
adalah, Soekarno telah
berhasil memaksimalkan potensi otaknya, dan sebagian besar dari kita belum. Kesuksesan seseorang
ditentukan oleh 80% motivasi dan 20% IQ. Berdasarkan penelitian, secara umum
orang hanya memanfaatkan 10% dari kekuatan otak mereka. Jika
generasi muda Hindu dapat memaksimalkan kekuatan positif dalam diri mereka, maka tidak akan sulit untuk memperoleh kedalaman spiritual, kemurnian cita-cita,
kekayaan pengetahuan, serta keberanian.
Soekarno
lahir dari rahim seorang wanita Hindu Bali. Menurut penelitian, gen orang Hindu
Bali adalah berasal dari gen India Selatan. Gen India Selatan adalah salah satu
gen unggul dan cerdas jika dibandingkan dengan gen-gen manusia di belahan dunia
lainnya. Jadi sebenarnya orang Hindu Bali, memiliki gen yang unggul dan cerdas.
Namun mengapa orang Hindu hanya sedikit yang menjadi cendekiawan hebat dan cerdas di tanah air tercinta ini?
Jawabannya adalah karena orang Hindu Bali belum memaksimalkan seluruh potensi
otaknya. Otak bukanlah seperti sebuah bejana yang harus diisi terus menerus
hingga penuh, namun otak dan pikiran adalah seperti api yang harus dinyalakan
sehingga segala pengetahuan mulia dapat terpancar dan bermanfaat bagi kebaikan umat
manusia.
Swami
Vivekananda, sang pembawa obor yang pertama, telah berhasil “menyalakan” semangat
dan keberanian
banyak orang. Hati yang tulus, wawasan yang luas serta keberanian untuk
mengguncang dunia, itulah kualitas-kualitas yang saat ini diperlukan oleh Ibu
Pertiwi. Swami Vivekananda saat ini memang sudah tidak ada, namun semangatnya
akan terus menyala sepanjang zaman. Tulisan-tulisan
Vivekananda harus menjadi bacaan wajib bagi para kaum muda, agar kaum muda dapat segera sadar bahwa mereka
sebenarnya memiliki semangat dan kekuatan besar untuk berbuat sesuatu untuk
kebaikan manusia. “Punyailah keyakinan
bahwa kalian semua dilahirkan untuk berbuat hal-hal yang besar, hai anak-anak
muda. Janganlah karena mendengar suara anak-anak anjing menyalak kalian menjadi
takut, tidak, tidak boleh menjadi takut sekalipun mendengar dentuman guntur di
atas langit, tetaplah berdiri tegak dan berusaha terus.” Keberanian sebagai sifat rohani memang harus
dimiliki oleh kaum muda untuk kesuksesan dan kecemerlangan serta pengabdian
dalam hidupnya.
*Penulis adalah Ketua Bidang Advokasi
FPMHD-Unud
2015/2016