Bali terkenal
dengan sebutan Pulau Seribu Pura, Pulau Surga, Pulau Dewata, dll. Diantara
sebutan-sebutan tersebut, ada sebutan yang jarang di dengar oleh masyarakat
yaitu Pulau Seribu Perbedaan. Mengapa disebut demikian? Perbedaan sudah melekat
di setiap sendi-sendi kehidupan masyarakat di Bali, perbedaan sudah ada sejak
jaman agama hindu belum masuk ke Bali.
Tata cara pelaksanaan
upacara keagamaan umat hindu di Bali pun berbeda-beda antara satu daerah dengan
daerah yang lainnya. Adat istiadat dan budaya yang sangat banyak dan sama-sama
memiliki keunikan. Mengapa perbedaan sangat kental di Bali? Ini dikarenakan ajaran-ajaran
Hindu masuk ke Bali tidak secara bersamaan. Namun, karena kedinamisan dari
agama Hindu itu sendiri maka ajaran-ajaran tersebut dileburkan ketika Mpu
Kuturan dengan konsep Pura Khayangan Tiga. Meskipun begitu ajaran agama Hindu
dalam menjiwai dan memaknai budaya yang telah ada sebelum agama Hindu masuk ke
Bali.
Ngejot merupakan
kegiatan membagikan makanan kepada tetangga, saudara, sahabat maupun warga
lintas agama. Seperti juga ketika lebaran umat islam membagikan sedikit makanan
yang dibuatnya dalam merayakan hari besarnya. Tradisi ini sudah berlangsung
selama beratus-ratus tahun lamanya. Tradisi ini terjadi di setiap banjar di
Bali, ini merupakan bukti sikap toleransi antar agama yang ada di Bali.
Keharmonisan itu
sebaiknya tetap dipertahankan karena merupakan kunci untuk mencapai
kebahagiaan. Dalam mencapai sebuah keharmonisan dalam agama Hindu ada ajaran
Tri Hita Karana. Tri Hita Karana yaitu Tiga penyebab untuk mencapai
Kesejahteraan, yang terdiri dari Parhyangan (hubungan Manusia dengan Tuhan), Pawongan
(hubungan Manusia dengan Manusia) dan Palemahan (hubungan Manusia dengan
lingkungan).
Dalam Konsep Tri Hita
Karana keharmonisan antara manusia dengan manusia dapat dicapai dengan rasa
toleransi. Toleransi tersebut dilakukan dengan cara saling menghargai dan
menghormati adanya perbedaan. Selain itu menumbuhkan semangat gotong royong
juga sangat penting untuk membentuk masyarakat yang rukun dengan rasa persatuan
yang kuat. Ketika toleransi dan kebersamaan di junjung tinggi sebagai sebuah
nilai dan implementasi maka harapannya adalah tercapainya keharmonisan yaitu “moksartam
jagathita ya ca iti dharma”.